FLOWERY LIFE

Berisi tentang pengalaman hidup sendiri dan orang-orang disekitar baik yang lucu, sedih, menginspirasi, nyebelin, dll. Opini ringan, diselingi guyon dalam melihat kejadian di sekitarnya.Karena tulisan tangan sudah jelek jadinya dipindahtugaskan ke keyboard lewat blog...

Jumat, 16 Desember 2016

Sisi Ahok yang Bisa Dicontoh



BERSIKAPLAH OBYEKTIF PADA AHOK
            Manusia kadang menutup mata batinnya untuk mengakui bahwa apa yang dilakukan dan dikatakan orang lain adalah sesuatu yang benar, hanya karena rasa tidak suka dan kebencian sudah menutupi hati dan pandangannya maka semuanya disangkal dan disalahkan. Manusia seperti itu sudah kalah akalnya dan menanglah nafsunya, padahal nafsu adalah ajaran syaithan, jadi bisa dikatakan manusia itu sudah menurut dengan syithan.
            Sebelum sidang perdana Ahok, saya sudah banyak mendengar kebijakannya yang berkaitan dengan dunia keislaman yang jelas-jelas bukan agamanya. Saya agak kaget juga, ternyata seorag Ahok yang notabene beragama Nasrani bisa melakukannya, miris jika dibandingkan dengan Gubernur2 terdahulu yang jelas-jelas Muslim malah tidak melakukannya.
            Penjaga Masjid dan Mushola bisa umroh bahkan ada yang haji gratis, guru ngaji diberi honor, dibangun Masjid Balai Kota. TOP banget! Belum pernah saya mendengar kebijakan seperti itu. Benar-benar, Ahok. Tapi ternyata itu bukan hal yang luar biasa bagi Agama Nasrani. Pas saya cerita dengan seorang teman yang punya tetangga pendeta, diceritakan bahwa pendeta ya pekerjaannya Cuma pekerjaan pendeta, masalah penghasilan sudah diurus sama jemaat gereja, jadi jemaat gereja benar-benar ngopeni pendeta. Dan para pendeta juga difasilitasi untuk pergi ke luar negeri dalam urusan keagamaan.
            Kita harus berfikir obyektif, sebagai Muslim sudahkah kita sedikit saja memberi perhatian kepada Guru-guru ngaji kita? Guru-guru ngaji  yang mengajari anak-anak kita? Yang jelas-jelas mereka menjadi perantara kita agar mampu membaca Al Qur’an, tahu ilmu-ilmu Tauhid, Fiqih, Aqidah dan lain lain. Ilmu-ilmu yang memandu kita untuk bertemu dengan Alloh SWT. Sudahkah?
            Beberapa ada yag sudah, tapi jumlahnya sedikit. Salah satu contoh adalah seorang pedagang di Purwareja Klampok yang mendapat rejeki banyak sekali saat musim batu akik. Dia menjual segala macam yang berkaitan dengan batu akik dana hanya beberapa bulan mendapat laba sampai 1 Milyar lebih. Dengan uang itu dia berangkat umroh sekeluarga dan mengajak guru Ngaji Qur’an sewaktu kecil. Masya Alloh, patutu dicontoh.
            Kita tidak harus seperti itu bila memang belum mampu secara finansial, tapi mulailah dengan hal-hal kecil, bila diniatkan dengan kuat, pasti Alloh memberi kita kekutan untuk memberi. SEMANGAT

Selasa, 13 Desember 2016

Anak Susah Sholat?



ANAKKU KOK SUSAH SEKALI SHOLATNYA?

Madroji             : Kenapa Mas, kok mukanya muram begitu?
Somad               : Lagi campur aduk Kang, marah, kesal, sedih, pokoknya runyem.
Madroji             : Es campur lah enak, kalau kaya gitu aku juga emoh.
Somad               : Siapa juga yang mau Kang. Anakku itu Kang, kalau disuruh sholat susahnyaaa minta ampun, hawanya ngajak berantem. Padahal dia sudah baligh Kang. Sudah dikenai kewajiban sholat 5 waktu.
Madroji             : Niru kamu kali..
Somad               : Sampeyan ini, memang saya waktu seusia dia juga mbethur, tapi kan saya kepengin anak-anak saya gak niru saya. Penginnya mereka jadi anak yang shalih shalihah. Kan ngendikane Kyai Tawakkal, paling beruntung dunia akhirat bila punya anak shalih shalihah.
Madroji             : Serius Mas?
Somad               : Ya serius lah Kang, mbok lihat muka saya ini....
Madroji             : Kalau begitu saya tes dengan pertanyaan yang paling rendah. Siap?
Somad               : Kaya tes wawancara nyari kerja saja. Siap lah Bos.
Madroji             : Kebiasaan sampeyan kalau membangunkan anak di pagi hari, apa yang diucapkan?
Somad               : Saya jarang sih Kang, istri saya yang membangunkan mereka.
Madroji             : Ya gak papa, istri sampeyan bilang apa?
Somad               : Bangun! Bangun! Mau sekolah apa nggak? Cepat bangun!
Madroji             : Nah! Ketahuan. Sampeyan pengin anak shalih shalihah cuma kesing nya thok, gak tenanan.
Somad               : Eiit, bisa-bisanya sampeyan menghakimi saya seperti itu? Pembunuhan karakter itu Kang.
Madroji             : Tiru-tiru artis saja sampeyan ini. Wong sudah kelihatan jelas. Kalau sampeyan pengin anak shalih shalihah, waktu membangunkan anak yang diucapkan itu harusnya, “Bangun Nak, sholat Shubuh”. Kalau mbangunkannya kaya istrimu tadi, pas sekolah lagi libur, pasti dibiarkan bangun siang kan, sholat shubuhnya juga absen. Ngaku lah... dan sholat  kelihatan sekali diremehkan, yang penting sekolah. Itu pendidikan yang ngawur!
Somad               : (termenung lama) Iya juga ya, selama ini saya sudah salah mengarahkan mereka.

Silaturahmi : si Kaya atau si Miskin?



TILIK SEDULUR : SI KAYA ATAU SI MISKIN?

Dullah               : Kang, aku ada pertanyaan yang menggelitik sekali siapa tahu sampeyan bisa menjawabnya dan menghilangkan rasa penasaranku.
Madroji             : Biasane kamu tanya nya ke Mbah Gugel. 
Dullah               : Gak semua pertanyaan lah Kang, aku dah sadar, sekarang kalau mau bertanya masalah keagamaan tanya saja ke sampeyan kalau mentok ya ke Kyai Tawakkal. Mbah Gugel gak jelas nyantrinya di mana. Hehehe
Madroji             : Ya syukurlah, nek wis sadar.
Dullah               : Masalah keluarga nih Kang. Menurut sampeyan silaturahmi atau tilik sedulur itu, yang pas yang mana. Si Miskin mengunjungi Si Kaya atau Si Kaya mengunjungi Si Miskin?
Madroji             : Oh, itu pernah dibahas waktu aku mangaji bulan lalu. Yang benar Si Kaya mengunjungi Si Miskin.
Dullah               : Penjelasannya bagaimana Kang?
Madroji             : Coba sampeyan sendiri, misalnya mau berkunjung ke rumah Den Mas Hartawan, sedulurmu yang kaya raya itu, rumah gedhe banget yang disapu sehari juga gak selesai, rumahmu saja luasnya kalah sama teras depannya, garasinya kaya dealer mobil. Taman belakangnya mengalahkan halaman SD, lantainya marmer. Yang kaya belum raya, misalnya sampeyan main ke rumah Kang Rahardjo lah. Perasaan sampeyan bagaimana?
Dulllah              : Perasaannya gak enak lah Kang, mbok ngganggu, mbok dikira mau minta-minta, mbok nanti gimana gitu lah Kang. Pokoknya diri serasa kecil sekali mau masuk ke rumah mereka, mbok yang lain-lain lah.
Madroji             : Nah itu salah satunya, berat sekali kalau si Miskin yang harus mengunjungi si Kaya. Yang penting lagi, mengapa Si Kaya harus mengunjungi Si Miskin, karena biar Si Kaya tahu keadaan mereka, biar tergugah hatinya untuk memberi. Coba lihat ke dapurnya, apakah ada beras di situ, lihat ke meja makannya, apakah ada makanan di situ, lihat keadaan rumah mereka. Kalau sudah tahu keadaannya, bantu mereka.
Dullah               : Tapi orang Kaya kan super sibuk Kang?
Madroji             : Sesibuk-sibuknya mereka, kalau ada niat, mereka pasti sempatkan mengunjungi saudara-saudaranya. Lah wong untuk mubahan jalan-jalan plesiran sampai berhari-hari beh sempat, masa untuk mengunjungi saudara mereka gak sempat. Mudeng apa gimana, kok ndomblong gitu?
Dullah               : Jadi ingat Bibi Tinah Kang, Bibi Lik saya yang paling gak punya yang rumahnya di lain kota, sudah lama saya gak mengunjunginya. Ya sudah, saya pamit dulu Kang.
Madroji             : Ya sana, jangan lupa nyangking atau ngamplop, latihan, jangan nunggu kaya raya  dulu. Adanya sedikit ya ngasih sedikit, nanti kalau sudah kaya jadi gak eman-eman.
Dullah               : Amin, moga kabul berkah....

Rabu, 07 Desember 2016

Menolak Ahok Djarot



MENGAPA MENOLAH KAMPANYE AHOK DJAROT?
(Coretan kegundahan hati, semoga menjadi lebih dewasa dalam berpikir dan bertindak)

                Saat melihat berita di TV bagaimana mereka menolak kampanye Ahok Djarot, hati ini sangat galau dan bergejolak. Aku bukan warga DKI, dan bukan fans berat dari salah satu calon yang ada, aku cuma warga Indonesia biasa, bukan pejabat, hanya Ibu Rumah Tangga, yang setiap sore megajar anak-anak di lingkunganku membaca Al Qur’an, dan paginya mengajar di SMA Swasta dengan status Guru Swasta.
                Bagaiman mereka menolak manusia yang sama-sama warga Indonesia? Menolak manusia dengan keyakinan yang sama? Menolak manusia yang mengakui adanya Tuhan? Tambah miris lagi saat terdengar kalimat thayyibah yang mengiringi penolakan Ahok Djarot. Gusti Alloh kok diajak hal yang amat sangat sepele seperti Pilkada yang urusan duniawiyah semata. Malu lah, Alloh SWT adalah zat Yang Maha, jangan kau kecilkan dengan tingkah lakumu yang kekanak-kanakkan. Karena Dia adalah Maha Besar, muliakanlah dengan dzikrullah di tempat yang mustajab untuk berdo’a.
                Karena Ahok kristenkah? Apa yang salah dengan itu. Coba berpikir lebih jauuuuh ke depan. Bersyukurlah kita terlahir sebagai Muslim, ya memang kebanyakan kita adalah muslim keturunan. Hidup di lingkungan muslim. Alkhamdulillah sampai sekarang Muslim. Sedangkan Ahok? Dia terlahir sebagai Kristen. Apa yang salah dengan Kristen? Kristen sudah ada sebelum Islam ada. Kristen juga mempunyai Kitab yang diturunkan dari Alloh SWT, dengan Nabi Isa a.s. yaitu kitab Injil. Begitu Rasulullah SAW diutus, barulah agama Yang Paling Baik di Sisi Alloh, Islam diturunkan, dan kitab-kitab terdahulu Zabur, Taurat, Injil diisempurnakan dengan kitab kita AlQur’an. Kalau Ahok tidak paham kalau kata-katanya dianggap menistakan agama Islam? Ya pantas, wong dia orang Kristen. Coba kalau kita terlahir di keluarga non muslim, bergaul dan bersekolah dengan non muslim? Sudahkak kita Muslim hari ini? Wallohu A’alam Bishshawab. Tinggal kita sendiri instropeksi, sebagai Muslim, sudahkah kita memuliakan agama kita, menjalankan perintah agama? Meninggalkan larangan agama? Doa’akan saja semoga Ahok dapat hidayah. Tolong BNPF MUI. Kalau benar-benar mau mengawal Fatwa MUI, banyak sekali yag harus dikawal, mohon jangan tebang pilih.
                Aku gak suka seperti teman atau saudara yang lain, sibuk debat agama di internet, pasang status-status yang agamis, dll. Tapi beberapa dari mereka lupa untuk membaca AlQur’an, mengaji untuk mempelajari hal yang sangat kruisial sebagai Muslim, sebagai contoh kecil, tahukah mereka anggota sujud itu apa saja? Kok waktu sholat peci/kopiah mereka menutupi kening yang merupakan anggota sujud yang harus nempel langsung di tempat sujud? Rukun sholat itu, Bung! Tahukah mereka bagaimana cara menggaruk bagian tubuh yang gatal saat sholat agar tidak menyebabkan rusaknya sholat? Tolonglah, imbangi dengan ngaji Fiqih, masih banyaaaak sekali yang kita belum tahu, Dan sholat itu jelas salah satu Rukun Islam. Kalau debat-debat di internet, demo, itu masih jadi perdebatan di kalangan ulama. Lakukan yang sudah jelas saja lah.