BERSIKAPLAH
OBYEKTIF PADA AHOK
Manusia kadang menutup mata batinnya
untuk mengakui bahwa apa yang dilakukan dan dikatakan orang lain adalah sesuatu
yang benar, hanya karena rasa tidak suka dan kebencian sudah menutupi hati dan
pandangannya maka semuanya disangkal dan disalahkan. Manusia seperti itu sudah
kalah akalnya dan menanglah nafsunya, padahal nafsu adalah ajaran syaithan,
jadi bisa dikatakan manusia itu sudah menurut dengan syithan.
Sebelum sidang perdana Ahok, saya
sudah banyak mendengar kebijakannya yang berkaitan dengan dunia keislaman yang
jelas-jelas bukan agamanya. Saya agak kaget juga, ternyata seorag Ahok yang
notabene beragama Nasrani bisa melakukannya, miris jika dibandingkan dengan
Gubernur2 terdahulu yang jelas-jelas Muslim malah tidak melakukannya.
Penjaga Masjid dan Mushola bisa umroh
bahkan ada yang haji gratis, guru ngaji diberi honor, dibangun Masjid Balai
Kota. TOP banget! Belum pernah saya mendengar kebijakan seperti itu.
Benar-benar, Ahok. Tapi ternyata itu bukan hal yang luar biasa bagi Agama
Nasrani. Pas saya cerita dengan seorang teman yang punya tetangga pendeta,
diceritakan bahwa pendeta ya pekerjaannya Cuma pekerjaan pendeta, masalah
penghasilan sudah diurus sama jemaat gereja, jadi jemaat gereja benar-benar
ngopeni pendeta. Dan para pendeta juga difasilitasi untuk pergi ke luar negeri
dalam urusan keagamaan.
Kita harus berfikir obyektif,
sebagai Muslim sudahkah kita sedikit saja memberi perhatian kepada Guru-guru
ngaji kita? Guru-guru ngaji yang
mengajari anak-anak kita? Yang jelas-jelas mereka menjadi perantara kita agar
mampu membaca Al Qur’an, tahu ilmu-ilmu Tauhid, Fiqih, Aqidah dan lain lain.
Ilmu-ilmu yang memandu kita untuk bertemu dengan Alloh SWT. Sudahkah?
Beberapa ada yag sudah, tapi
jumlahnya sedikit. Salah satu contoh adalah seorang pedagang di Purwareja
Klampok yang mendapat rejeki banyak sekali saat musim batu akik. Dia menjual
segala macam yang berkaitan dengan batu akik dana hanya beberapa bulan mendapat
laba sampai 1 Milyar lebih. Dengan uang itu dia berangkat umroh sekeluarga dan
mengajak guru Ngaji Qur’an sewaktu kecil. Masya Alloh, patutu dicontoh.
Kita tidak harus seperti itu bila
memang belum mampu secara finansial, tapi mulailah dengan hal-hal kecil, bila
diniatkan dengan kuat, pasti Alloh memberi kita kekutan untuk memberi. SEMANGAT